Entri Populer

Rabu, 04 Juli 2012


1000 years away__Andy Deris

A little manchild
High up at the window
His trembling feet at the line
Hey little manchild
Do you see the people?
From high above they're so kind
Do you see the ravens?
It's you whom they're calling
"Come fly with me
We keep on wandering
And all the sorrows
Are simply staying here"

Fly with me over all nights and days
To the eternal place
Thereto where all are going
1000 years away
1000 years away

A little manchild
Lies there on the road
Why in God's name?
Hey little manchild
Do you see the people?
From down below they're so plain
Do you hear the ravens?
It's you whom they're calling
"Come fly with me
And all in morning all will be forgotten
And you were never here"

Fly with me over all nights and days
To the eternal place
Thereto where all are going
1000 years away
You'll be seeing where it's all begun
Who makes the world go round
There where we all meet one day
1000 years away
1000 years away

On the 7th of December, 1995, around 6:30 PM,
Peter flew with the birds. He was eleven years old.
In that same month, a further 3 children flew like Peter.
In the following year, 33 more followed.
Peter had many friends.
In his last letter he said good-bye to all of them.
Also to his mother - but not to his father...
Due to the impact with the ground, at the post-mortem,
Peter's body showed no sign of the terrible mistreatment he had suffered.
Later, in tears, his mother said that Peter - wherever he may now be -
Need no longer live in fear of his drunken father

Sabtu, 12 Mei 2012

Cara Membuat Pupuk Cair Organik


Cara Membuat Pupuk Cair Organik

Bahan dan Alat:
1 liter bakteri
5 kg hijau-hijauan/daun-daun segar (bukan sisa dan jangan menggunakan daun dari pohon yang bergetah berbahaya seperti karet, pinus, damar, nimba, dan yang sulit lapuk seperti jato, bambu, dan lain-lainnya)
0,5 kg terasi dicairkan dengan air secukupnya
1 kg gula pasir/merah/tetes tebu (pilih salah satu) dan dicairkan dengan air
30 kg kotoran hewan
Air secukupnya
Ember/gentong/drum yang dapat ditutup rapat
Cara Pembuatan:
Kotoran hewan dan daun-daun hijau dimasukkan ke dalam ember.
Cairan gula dan terasi dimasukkan ke dalam ember.
Larutkan bakteri ke dalam air dan dimasukkan ke dalam drum, kemudian ditutup rapat.
Setelah 8-10 hari, pembiakan bakteri sudah selesai dan drum sudah dapat dibuka.
Saring dan masukkan ke dalam wadah yang bersih (botol) untuk disimpan/digunakan.
Ampas sisa saringan masih mengandung bakteri, sisakan sekitar 1 sampai 2 liter, tambahkan air, terasi, dan gula dengan perbandingan yang sama. Setelah 8-10 hari kemudian bakteri sudah berkembang biak lagi dan siap digunakan. Demikian seterusnya.
Kegunaan:
Mempercepat pengomposan dari 3-4 bulan menjadi 30-40 hari.
Dapat digunakan langsung sebagai pupuk semprot, apabila tanah sudah diberi kompos (subur), tetapi apabila tanah kurang subur/tandus, penggunaan langsung sebagai pupuk tidak dianjurkan.
Pupuk cair (larutan bakteri) ini tidak diperbolehkan untuk dicampur dengan bakteri lain, terutama bahan kimia atau bahan untuk pestisida lainnya seperti tembakau.

Cara Membuat Pestisida Organik


Cara Membuat Pestisida Organik
Pestisida adalah zat pengendali hama (seperti: ulat, wereng dan kepik). Pestisida Organik: adalah pengendali hama yang dibuat dengan memanfaatkan zat racun dari gadung dan tembakau. Karena bahan-bahan ini mudah didapat oleh petani, maka pestisida organik dapat dibuat sendiri oleh petani sehingga menekan biaya produksi dan akrab denga lingkungan.
Bahan dan Alat:
2 kg gadung.
1 kg tembakau.
2 ons terasi.
¼ kg jaringao (dringo).
4 liter air.
1 sendok makan minyak kelapa.
Parutan kelapa.
Saringan kelapa (kain tipis).
Ember plastik.
Nampan plastik.
Cara Pembuatan:
Minyak kelapa dioleskan pada kulit tangan dan kaki (sebagai perisai dari getah gadung).
Gadung dikupas kulitnya dan diparut.
Tembakau digodok atau dapat juga direndam dengan 3 liter air panas
Jaringao ditumbuk kemudian direndam dengan ½ liter air panas
Tembakau, jaringao, dan terasi direndam sendiri-sendiri selama 24 jam. Kemudian dilakukan penyaringan satu per satu dan dijadikan satu wadah sehingga hasil perasan ramuan tersebut menjadi 5 liter larutan.
Dosis:
1 gelas larutan dicampur 5-10 liter air.
2 gelas larutan dicampur 10-14 liter air.
Kegunaan:
Dapat menekan populasi serangan hama dan penyakit.
Dapat menolak hama dan penyakit.
Dapat mengundang makanan tambahan musuh alami.
Sasaran:
Wereng batang coklat, Lembing batu, Ulat grayak, ulat hama putih palsu.
Catatan: Meskipun ramuan ini lebih akrab lingkungan, penggunaannya harus memperhatikan batas ambang populasi hama. Ramuan ini hanya digunakan setelah polulasi hama berada atau di atas ambang kendali. Penggunaan di bawah batas ambang dan berlebihan dikhawatirkan akan mematikan musuh alami hama yang bersangkutan.

Kamis, 16 Juni 2011

Dewo Ruci

Sepenggal kisah dari lakon Dewo Ruci
Sang Bima nyemplung di samudra nan ganas mengikuti perintah gurunya, Begawan Durna, untuk mencari “air kehidupan” guna menggapai kesempurnaan hidup, Tirta Pawitra Mahening Suci. Badan terombang-ambing dihempas dan diterjang ganas ombak, seolah kapas dipermainkan tiupan angin kencang di angkasa nan maha luas. Werkudara sudah pasrah akan nasib dirinya. Namun tekadnya sungguh luar biasa, tidak goyah oleh kondisi tubuh yang makin lemah.
Tiba-tiba dihadapannya, muncullah seekor naga yang luar biasa besarnya menghadang laju Bima. Kyai Nabat Nawa, naga raksasa itu, langsung menyerang sosok kecil dihadapannya dan menggigit betis Adik Yudhistira itu. Belum cukup dengan itu, diraihnya badan Werkudara untuk dibelit dengan maksud menghancurkan raga manusia yang menjadi mangsanya.
Bima
Bima bergulat dengan Kyai Nabat Nawa
Namun badan Werkudara tidak ikut hancur karena tekadnya tidak lantas luntur. Semangatnya untuk mengabdi kepada guru begitu kuat mengalahkan rasa sakit serta rasa lelah yang sangat. Dikerahkan segala upaya, dikumpulkan seluruh tenaga untuk melepas himpitan naga. Berhasil ! Seketika kemudian Bima melesat menuju leher sang naga untuk ditikam dengan kuku Pancanaka.
Raung kesakitan yang memekakan telinga mengiringi jatuhnya sang naga. Mengiringi kematian badan raksasa itu hingga mengambang memenuhi pandangan.  Disekelilingnya, air laut memerah oleh darah.
Werkudara begitu lelah. Sudah hilang kesadarannya. Serasa jiwa melayang, tidak ingat apakah masih hidup atau sudah tiada. Cukup lama jiwa sang ksatria itu melanglang tak tentu rimba.
Hingga saat tersadar, betapa terkejut Bima ketika dirinya merasa menginjak tanah, menapak kembali kehidupan. Pandangannya melihat bahwa dirinya berada dalam suatu pulau kecil ditengah lautan luas di dasar samudra itu. Alangkah indahnya pulau itu yang disinari oleh cahaya-cahaya kemilau menghiasi nuansa sekeliling.
Saat rasa begitu terbuai oleh ketakjuban, tiba-tiba Bima semakin dikejutkan oleh datangnya Bocah Bajang yang diiringi oleh cahaya yang mengalahkan cahaya yang ada. Cahaya diatas Cahaya. Bojah Bajang itu sungguh kecil, terlalu kecil bila dibandingkan dengan perawakan Bima. Bocah Bajang berjalan perlahan menghampirinya.
“Aku sungguh heran sekali, sepertinya sudah saatnya kematian menjemputku. Sama sekali aku tidak merasakan kehidupan lagi. Namun saat kutelusuri pandangan ke badan sampai ke ujung kaki, ternyata aku masih menyentuh bumi. Hilang wujudnya naga  yang menggigit pahaku, tak dinyana aku sekarang tersangkut di pulai kecil yang begitu indah. Tetumbuhan berbuah bergelantungan diselimuti cahaya. Namun terangnya cahaya tadi masih kalah dengan cahaya yang datang mengiringi Bocah Bajang menuju kesini”
“Ayo mengakulah Bocah Bajang, siapa dirimu sebenarnya. Kamu bermain kesini siapa yang mengantarkan dan mengapa kamu tidak terpengaruh oleh ikan-ikan yang ganas yang sedang berpesta melahap darah naga”
“Werkudara, Kamu jangan gampang pergi bila belum mengetahui dengan tepat tempat yang akan kamu tuju. Kamu jangan gampang makan tanpa tahu apa manfaat yang terkandung dalam makanan itu. Jangan sekali-kali berpakaian, bila tidak mengetahui bagaimana cara yang benar dalam berbusana. Ibaratnya, pernah ada seorang dari gunung yang ingin membeli emas di kota. Saat terjadi transaksi dengan pedagang, orang gunung tadi hanya diberi selembar kertas berwarna kuning yang dianggap sebagai emas murni. Maka berhati-hatilah terhadap segala sesuatu, semua tindakan harus diiringi berdasarkan ilmunya.”
Bima
Sang Hyang Bathara Dewa Ruci
“Perkenalkan Werkudara, saya adalah Dewa Kebahagian berjuluk Sang Hyang Bathara Dewa Ruci”
Seketika duduk bersimpuh Bima dihadapan sosok suci nan kecil itu. Seumur hidup, Bima tidak pernah “basa karma” kepada siapa-pun, bahkan kepada Bathara Guru sekalipun. Namun di hadapan sosok suci ini Bima sungguh tunduk dan sangat takjim bertutur.
Kemudian Werkudara menjelaskan maksudnya hingga sampai diujung samudra dan bertemu dengan Dewa Ruci ini.
Dewa ruci mengemukakan bahwa Werkudara wajib mendengarkan apa yang akan diuraikan terkait dengan apa yang sedang dicarinya :
  • Apakah ilmu kesempurnaan hidup itu ? Ilmu kesempurnaan hidup ini akan diperoleh bila telah sempurna hidupnya. Hidup sudah tidak tergantung lagi kepada keinginan-keinginan dunia lagi. Kalau seandainya kehidupan manusia masih menggunakan daya panasnya matahari, daya dari semilir angin, segarnya air dan masih menginjak bumi dibawah langit, manusia belum bisa dibilang sempurna karena yang Sempurna itu hanyalah Sang Pencipta. Meskipun ada manusia yang katanya mempunyai ilmu yang linuwih, mampu melakukan ini, mengerjakan itu, pasti ada kekurangannya, ada cacatnya.
  • Apakah “Tirta Pawitra Mahening Suci” itu ? Tidak akan dapat diperoleh wujud air itu dimanapun, termasuk ditempat ini. “Tirta Pawitra Mahening Suci” itu hanyalah sebuah perlambang yang harus dimengerti maksudnya.
    • Tirta : air, kehidupan. Dimana ada air disitu ditemui kehidupan
    • Pawitra : bening. Air bening, tidak hanya dilihat dari wujud air yang bening namun juga harus dilihat dari kegunaannya menghidupi semua makhluk, manusia, hewan dan tumbuhan.
    • Mahening : dari kata Maha dan ening yang mewujudkan arti ketentraman lahir dan batin
    • Suci : terhindar dari dosa
Jelasnya, didalam menjalani hidup ini, mencarilah kehidupan yang sempurna yang mampu memberikan ketentraman lahir dan batin, mampu menghindarkan diri dari dosa-dosa yang menyelimuti dirinya untuk menggapai kesucian.
Namun petunjuk itu belum mampu diperoleh banyak manusia dari dulu hingga kini meskipun peyunjuk itu tlah lama adanya.
Bila ingin mengetahui hidup yang langgeng, tentram terhindar dari kegalauan dan kekecewaan, kalau sudah dapat menemukan “alam jati”. Dimanakah Alam Jati itu ? Tidak bisa dilihat oleh mata, hanya mampu dirasakan melalui cipta. Bima kemudian disuruh memasuki gua garba Dewa Ruci.
“Duh Batara … bagaimana hamba mampu mengerti alam jati dengan memasuki badan paduka. Badan hamba begitu besar sementara Paduka begitu kecil. Bahkan, kelingking hamba saja tidak akan mampu masuk ke badan paduka.”
“Hai Werkudara, besar mana kamu dengan jagad ? Bahkan Gunung dan samudrapun mampu saya terima. Percayalah, masuklah kamu melalui telinga kiriku.”
Seketika tanpa tahu apa yang terjadi, maka Bima tiba-tiba melewati telinga Dewa Ruci dan akhirnya sampai ke gua garba Sang Dewa.
Dan saat telah berada di gua garba Dewa Ruci, yang ditemui Bima hanyalah perasaan tentram belaka.
“Pukulun, hamba sekarang hidup dimana ? Hamba melihat tempat yang begitu luas seakan tanpa tepi, begitu terang tanpa bayangan. Terangnya bukan karena cahaya mentari, namun sangat nyata dan indah. Hamba tidak tahu arah kiblat, mana utara selatan, mana barat timur. Pun tidak tahu apakah ini di bawah atau di atas, depan atau belakang. Hamba masih dapat melihat dengan baik, dan mendengar, namun kenapa hamba tidak melihat badan hamba sendiri. Yang hamba rasakan hanya kedamaian dan ketentraman semata. Hamba hidup di alam mana ini Pukulun ?”
“Werkudara, kamu sekarang berada di alam yang bernama “Loka Baka”, alam kelanggengan, alam jati. Kamu dapat melihat dan mendengar dengan nyata namun tidak mampu melihat dirimu sendiri, itulah yang dinamakan Jagat Lagnyana, berada dalam alam kematian namun masih hidup, merasakan mati namun masih hidup”
“Hamba melihat Nyala satu tapi mempunyai cahaya delapan”
“Nyala satu cahaya delapan disebut pancamaya. Panca bukan berarti lima tapi beraneka rupa. Sedangkan delapan cahaya tadi adalah daya kehidupan lahir batin yaitu : cahaya matahari, cahaya bulan, cahaya bintang, cahaya mendung, cahaya bumi, cahaya, api, cahaya air, cahaya angin. Cahaya-cahaya itulah yang mampu menghidupi kehidupan alam”
“Cahya mentari, bulan dan bintang mewujudkan badan halus manusia, roh. Sedangkan cahya bumi, api, air dan angin mewujudkan badan kasar manusia. Ketujuh cahya yang telah menyatu disebut wahyu nungkat gaib, satu yang samar. Namun hidup haruslah berlandaskan kepada “pramana” yang adalah atas dorongan Sang Hyang Suksma”
“Pukulun, hamba melihat 4 cahaya 4 warna”
“4 Cahaya dari terjadi dari hawa 4 perkara, merah adalah dorongan hawa nafsu, hitam perlambang kesentausaan namun berwatak brenggeh, kuning dorongan keinginan namun berwatak jail dan putih merupakan dorongan kesucian. Ketiga watak merah, hitam dan kuning senantiasa mengganggu watak putih yang sendirian. Kalau tidak mempunyai keteguhan sikap dalam menghadapi godaan ketiga cahya tadi maka cahya putih akan ternoda. Namun bila cahya putih tadi berjalan secara lurus dalam kebenaran, maka ketiga cahya yang lain akan menyingkir, hilang, musnah dengan sendirinya.
Durna
Durna
“Kalau begitu, ijinkanlah hamba tinggal disini selamanya. Sebab kalau hamba kembali kealam wadag maka pasti akan menemui berbagai derita sengsara. Sementara di sini yang hamba temui dan rasakan hanyalah kedamaian dan ketentraman semata”
“Werkudara, sikap yang begitu adalah salah, tidak sesuai dengan sikap satria yang harus memenuhi kewajiban di dunia dalam menegakan kebenaran dan memberantas kemungkaran. Kamu disini hanya diperlihatkan alam jati dan untuk saat ini belum saatnya kamu tinggal disini. Suatu saat nanti kamu pasti akan menikmati alam itu.”
“Keluarlah segera kamu dari gua garba-ku untuk segera memenuhi tugas kewajiban seorang satria. Tugas pertamamu telah menanti yaitu menyelamatkan gurumu, Bagawan Durna, yang akan nglalu njebur samudra.”
Maka berakhirlah pertemuan indah anatar Bima dengan Dewa Ruci yang mempertebal keyakinannya untuk tetap selalu berjuang memenuhi tugas kewajiban sebagai seorang manusia utama di muka bumi ini.

Masa SMA

Tiba-tiba dia duduk disampingku...
   Kuingat pada saat itu aku masih duduk di kelas satu di salah satu SMA yang cukup favorit yaitu SMAN 1 Ma****ti di salah satu kota di Jawa Timur. Aku teringat di pagi hari sebelum berangkat ke sekolah, seperti biasanya aku panasin dulu si kuda besi andalanku yang slalu aku pacu agar tidak telambat ke sekolah. Sekolahku adalah sekolah yang sangat menjunjung kedisiplinan. Bahkan seandainya terlambat satu detikpun pasti akan kena hukuman dari Kepala Sekolah. Kira-kira jam enam pagi aku harus sudah memacu kuda besiku itu agar tidak terlambat.
   Tidak tahu mengapa hari itu aku merasa bahagia banget walaupun banyak tugas yang belum aku kerjakan. Karena semalamnya aku ga belajar. Dalam perjalanan ke sekolah aku merasa cukup santai, seolah-olah aku adalah orang yang paling bahagia hari itu.
   Kira-kira jam setengah tujuh pagi aku sudah sampai di depan POM bensin yang ada di sebelah pintu gerbang sekolah ku itu. Karena tempat parkir sekolahku ga cukup menampung sepeda motor maka aku parkir tungganganku itu di parkir umum depan POM bensin. Perlahan-lahan sambil bernyanyi dalam hati, pada saat itu lagu yang up to date "Jangan tutup dirimu" dari Stinky, akupun menyanyikan lagu itu. Kuhirup udara pagi itu begitu sejuk dan melegakan.
   O iya.. Perkenalkan namaku Angga, yang jelas aku orangnya pendiam walaupun orang bilang aku ini cakep, keren tapi aku tetap tidak sombong..hehehe...
   Dilanjut ceritanya... Sesampainya aku d dalam kelas aku langsung buka tugasku untuk jam pertama yang belum aku kerjakan. Aku kerjakan satu-satu tugasku itu dan akhirnya selesai juga tepat bersamaan bel tanda masuk berbunyi. Riuh ramai temen2 menempati bengkunya masing2. Kebetulan bangku yang aku tempati adalah bangku paling pojok belakang dan aku duduk satu bangku dengan temenku orang yang paling tinggi di kelasku Hadi. Hadi itu orangnya juga kalem tapi suaranya keras banget, tinggi badanya 185 cm, dia adalah atlit Voly di sekolahku. Pada saat itu ternyata Hadi sudah mengerjakan tugasnya. Lima menit kemudian Bapak Guru masuk ke kelasku dengan pelajaran Ekonomi yang membosankan bagiku. Aku lewati pelajaran jam pertama itu dengan rasa sangat mengantuk karena bosan dengan teori teori ekonomi yang disampaikan oleh Bapak Guru.
   Belpun berbunyi tanda jam istirahat. Riuh teman2 mulai menggema lagi. Aku langkahkan kakiku menuju pojo sekolahku yaitu kantin sekolah. Sesampainya di dalam kantin ternyata aku orang yg pertama masuk kantin dan aku langsung mengambil satu bungkus nasi jotos........... dst.... tidur dulu...!!!

Jumat, 10 Juni 2011

Petani Maju: Go Organik

Petani Maju: Go Organik: "Permintaan produk pertanian organik di banyak negara meningkat pesat dari tahun ke tahun. perkembangan ini didorong oleh menguatnya kesadara..."

Go Organik

Permintaan produk pertanian organik di banyak negara meningkat pesat dari tahun ke tahun. perkembangan ini didorong oleh menguatnya kesadaran perduli lingkungan dan gaya hidup sehat masyarakat, dukungan kebijakan pemerintah, dukungan industri pengolahan pangan, dukungan pasar modern, harga yang tinggi di tingkat konsumen, adanya label generik dan gencarnya kampanye nasional pertanian organik.
Permintaan produk pertanian organik dunia mencapai 15-20% per tahun, namun pangsa pasar yang dapat di realisasi hanya 0,5-2%.
Untuk dapat menghasilkan produk yang memiliki sertifikat organik, ada beberapa prinsip yang perlu di ketahui:
  1. Lahan untuk budidaya organik harus bebas cemaran bahan agrokimia dari pupuk dan pestisida
  2. Menghindari penggunaan pestisida kimia sintetis.
  3. Menghindari penggunaan hormon tumbuh dan bahan aditif sintetis pada pakan ternak dan secara tidak langsung pada pupuk kandang.
  4. Penanganan pasca panen dan pengawetan bahan pangan menggunakan cara-cara alami.